Aug 7, 2013

Stop Pembunuhan dan Perdagangan Hiu!

Pernah dengar film Jaws? Film produksi Amerika yang disutradai oleh Steven Spielberg ini berkisah tentang hiu putih besar yang digambarkan teramat sangat kejam, bengis, sadis, dan hobinya menyerang manusia.

Hiu putih (great white shark)dalam film Jaws digambarkan hyper agresif dan sangat berbahaya sampai mengancam keselamatan umat manusia.  Film ini demikian sukses dalam menangguk dollar, disamping sukses menimbulkan euforia ketakutan manusia pada hiu.  Benarkah, hiu itu ASLINYA menakutkan dan ganas seperti pada film Jaws?

Duh, film itu salah besar! Kenyataannya, hiu lebih suka memangsa ikan-ikan kecil ketimbang manusia.  Pada hakikatnya, kecuali ia merasa terganggu oleh makhluk lain saat berada di habitatnya, hiu  tidak akan menyerang.  Malah, hanya beberapa jenis hiu saja yang memilih melindungi diri  (yang kadang diartikan sebagai menyerang) saat berinterferensi dengan manusia.  Sebagian besar hiu memilih menyingkir.

Jadi, manusia-lah yang kian hari kian merangsek memasuki teritori mereka.  Manusialah yang sebenarnya kejam, bengis, dan sadis terhadap hiu. Bukan sebaliknya. Lihat link berita ini.

Link tersebut menyebutkan bahwa organisasi TRAFFIC (Komite pemonitor perdagangan satwa dan tanaman liar langka internasional ) pada tanggal 30 Juli lalu menyatakan bahwa Indonesia dan India merupakan negara paling utama penangkap ikan hiu di dunia.   Pernyataan ini merujuk ke sebuah penyelidikan yang didukung Uni Eropa dalam rangka menerapkan pakta baru untuk melindungi tujuh spesies ikan hiu dan pari yang eksistensinya terancam.

Disebutkan pula,  kuota ikan hiu yang ditangkap Indonesia dan India mencakup lebih dari seperlima ikan hiu yang ditangkap di seluruh dunia (!).

Indonesia bersama India disebut menduduki urutan teratas 20 negara yang secara bersama-sama menyumbang hampir 80 persen dari total tangkapan hiu yang dilaporkan antara tahun 2002 hingga 2011. Negara-negara lain, dalam urutan itu, adalah Spanyol, Taiwan, Argentina, Meksiko, Amerika Serikat, Malaysia, Pakistan, Brasil, Jepang, Perancis, Selandia Baru, Thailand, Portugal, Nigeria, Iran, Sri Lanka, Korea Selatan, dan Yaman.

Spesies hiu yang terancam punah menurut IUCN Red List diantaranya hiu sirip putih (carcharhinus longimanus), hiu porbeagle (lamna nasus), tiga spesies hiu martil dan dua spesies pari manta.

Hiu adalah predator, yang menduduki posisi puncak dalam rantai makanan. Eliminasi predator dalam puncak rantai makanan akan berdampak besar pada ekosisitem laut, misalnya terjadi ledakan populasi pada makhluk yang berada di dasar piramida makanan. Konsekuensi dari langkanya hiu adalah terjadinya ledakan jumlah ubur-ubur.
Penangkapan Hiu.  Sumber: Metro TV
Berbagai Suplemen yang Mengandung Bahan dari Hiu yang didagangkan secara online


Again, negara kita hanya menjadi sapi perah.  Keanekaragaman hayati surga bahari Indonesia sekali lagi dimanfaatkan seluas-luasnya oleh oknum yang tak bertanggung jawab beserta industrialis dunia yang serakah. Namun, siapa akhirnya yang tertunjuk hidungnya sebagai yang (seolah) paling bersalah?

Namun, menjadi kambing hitam bukanlah alasan bagi kita untuk berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa . Suplemen hiu menjadi mahal karena tingginya permintaan.  Sup dari sirip hiu sangat populer.  Hati dan tulang rawan hiu diekstrak menjadi suplemen makanan.  Padahal khasiatnya juga tidak terbukti.  Klaim manfaat hiu untuk kesehatan terus dipertanyakan, dan penelitian terakhir mengindikasikan, sirip hiu justru mengandung racun/toksin.

Ya iyalah, ya. Logikanya: Hiu itu predator, dia makan semua makhluk yang ada di bawahnya. Nah kalau makhluk yang dia makan membawa kandungan logam berat dan toksin-toksin dari laut yang tercemar, pasti akan terakumulasi di tubuh hiu.

Yang bisa kita lakukan adalah mengurangi demand suplemen hiu. Bagi anda yang selama ini mengkonsumsi suplemen berbahan hiu, berhentilah! Masih banyak herbal asli Indonesia yang bermanfaat untuk kesehatan, dan penggunaannya tidak merusak lingkungan.  Bagi yang doyan makan makanan dari hiu,coba renungkan:  apa dunia ini sudah kekurangan sumber makanan lain?

Nah, Apa yang bisa kita lakukan, sebagai masyarakat awam untuk membantu menyelamatkan hiu?

1. Jangan makan di restoran yang menyajikan hiu dalam menunya. Kalau perlu boikot restoran itu selama dia tidak menghilangkan menu hiu. Save our sharks!
2. Jangan membeli suplemen yang mengandung sirip ikan hiu atau apapun yang diklaim berasal dari hiu.  Telitilah membaca label produk suplemen.
3. Jangan pernah percaya bila ada yang menyatakan sirip hiu dapat menyembuhkan kanker, menyembuhkan rematik, menghaluskan kulit, dan lain sebagainya. Tidak pernah ada penelitian ilmiah yang berhasil membuktikan klaim-klaim tersebut. Kalau mau kulit halus, ya perbanyaklah makan sayur segar, buah-buahan, minum air putih yang banyak, dan lindungi kulit dari sinar matahari. Bukan dengan makan hiu!

Untuk menghentikan penangkapan dan perdagangan hiu. Apa yang bisa Pemerintah lakukan?

1. Cabut nomor registrasi semua suplemen yang mengandung bahan dasar dari hiu, entah itu yang diklaim mengandung shark’s oil, shark’s cartilage, shark’s fin, dan shark-shark lain. Alias larang total peredarannya.
2. Tutup izin seluruh rumah makan yang menyajikan hiu dalam menunya.
3. Stop dan tangkap semua tindakan penangkapan dan penjualan hiu karena ini tindakan ilegal. buat aturan hukum tentang penetapan hiu sebagai satwa yang dilindungi beserta sangsinya yang harus seberat mungkin.

Tapi yaah,.. saya sendiri agak skeptis ya apakah pemerintah bisa menghentikan penangkapan hiu yang disebut-sebut terbesar di sini. Saya yakin ada perputaran dollar yang luar biasa besar di sini.  Pasti ada pihak tertentu yang diuntungkan dan ingin terus untung.

Saya mengharapkan Pemerintah bersikap proaktif dan segera memberi tindakan kepada para penangkap dan penjual hiu.  Pemerintah tak dapat apa-apa kok,  kecuali nama buruk Indonesia di dunia internasional. 

Kita, masyarakat hanya bisa melongo, ketika cap pembantai hiu melekat, sementara segelintir orang menangguk dolar dan rupiah hasil merampok jutaan ekor spesies berharga ini.   Kita menjadi konsumen dari produk hiu berharga ratusan ribu hasil import, sementara bahan bakunya sendiri dicuri dari halaman kita sendiri.  Mari sama-sama enyahkan produk dari hiu dari meja makan, etalase toko,  dan lemari obat kita.

Artikel ini sudah pernah ditayangkan di blog saya yang lain yaitu www.kompasiana.com/fransisca


No comments:

Post a Comment