Aug 22, 2013

ASEAN in Your Hand: Komunitas ASEAN 2015, UKM, dan Peran Blogger



Sejak berdirinya di tahun 1967, ASEAN telah mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan cita-cita pendirinya yaitu untuk menjalin persahabatan dan kerja sama dalam menciptakan wilayah yang aman, damai dan makmur.

Diawali kesepakatan Bali Concord 1, yang kemudian dilanjutkan ke Bali Concord 2 tahun 2003 , disepakati bahwa ASEAN harus melangkah maju menuju komunitas ASEAN (ASEAN Community).
Semula Komunitas ASEAN dicanangkan akan dilakukan di 2020, namun menilik situasi internasional dan regional, serta optimisme dan antusiasme negara anggota ASEAN, maka pada KTT 12 ASEAN di Cebu, Filipina, Januari 2007, diputuskan bahwa pembentukan Komunitas ASEAN dipercepat menjadi 2015, melalui Cebu Declaration on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015.

Komunitas ASEAN terdiri atas 3 pilar yaitu pilar Komunitas Politik Keamanan ASEAN,  Pilar Komunitas Ekonomi, dan Pilar Komunitas Sosial Budaya.

Ketiga pilar Komunitas ASEAN ini terikat secara erat dan saling memperkuat. Tujuan pembentukan Komunitas ASEAN adalah menciptakan masyarakat yang berpandangan maju,hidup dalam lingkungan yang damai, makmur , stabil, memiliki hubungan kemitraan yang dinamis dan kepedulian yang tinggi.  Komunitas ASEAN juga dibentuk untuk lebih mempererat integrasi ASEAN dalam menghadapi perkembangan peta politik internasional .


1. Pilar Komunitas Politik Keamanan
Tujuan pembentukan pilar ini adalah mempercepat kerjasama politik dan keamanan di ASEAN dalam mewujudkan perdamaian di kawasan dan tataran internasional. 
 beberapa instrumen dalam Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN di antaranya:
1. Zona bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara
2. Deklarasi Kawasan Damai, bebas dan Netral
3. Traktat Persahabatan dan Kerjasama Asia Tenggara
4. Komisi HAM Antar Pemerintah ASEAN
5. Deklarasi-deklarasi antara ASEAN dan RRT dalam hubungannya dengan Laut China Selatan yang merupakan wilayah strategis yang berbatasan dengan beberapa anggota ASEAN dan RRC dan berpotensi konflik.

2. Pilar Komunitas Ekonomi ASEAN
Komunitas Ekonomi ASEAN dibentuk untuk mewujudkan integrasi ekonomi ASEAN, yakni wilayah dengan tingkat pembangunan yang tinggi dan terintegrasi, pengentasan dari kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi menuju kemakmuran yang merata dan berkelanjutan.
Empat karakteristik yang dimiliki Komunitas Ekonomi ASEAN yaitu:
1. Sebagai Pasar Tunggal dan basis produksi regional
2. kawasan yang memiliki daya saing tinggi
3. kawasan dengan pembangunan ekonomi merata
4. kawasan yang berintegrasi dengan ekonomi global.

3. Pilar Komunitas Sosial Budaya ASEAN
Kerjasama di bidang sosial- budaya menjadi salah satu titik tolak utama untuk meningkatkan integrasi ASEAN melalui terciptanya “a caring and sharing community”, yaitu sebuah masyarakat ASEAN yang saling peduli dan berbagi. Kerjasama sosial-budaya mencakup kerjasama di bidang kepemudaan, wanita, kepegawaian, penerangan, kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan hidup, penanggulangan bencana alam, kesehatan, pembangunan sosial, pengentasan kemiskinan, dan ketenagakerjaan serta Yayasan ASEAN.

Penguatan Usaha Kecil dan Menengah (UKM-Small Medium Enterprises) dalam menuju Komunitas Asean yang berbasis kerakyatan.
Saat ini produk UKM masih banyak menghadapi masalah klasik sebelum bisa bersaing dengan negara-negara ASEAN, seperti rendahnya daya saing produk, mutu produk yang belum merata dari batch ke batch, belum meratanya standarisasi produk, aspek jaminan keamanan dan kehalalan produk, merek, kemasan yang menarik, dan lain-lain.  Belum lagi pungutan yang memberatkan, kapasitas produksi masih terbatas serta belum kontinu. Sebab, menurut Kadin, indeks daya saing Indonesia masih rendah di banding Singapura, Malaysia dan Filipina
"Towards a People-Centered ASEAN Community: Strengthening SMEs in ASEAN."

Sebenarnya dalam suatu simposium

Untuk menuntaskan misi membentuk komunitas ASEAN yang berbasis kerakyatan dan berintegrasi, dukungan kuat telah diberikan terhadap inti ekonomi kerakyatan yaitu UKM (small-medium enterprises-SME's)Bahkan dalam masa keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2011, penguatan sektor UKM yang merupakan fundamental karakter /pilar ke 3 Komunitas Ekonomi ASEAN menjadi prioritas.
Untuk meningkatkan akses dan promosi UKM,pada tahun 2011 telah diresmikan Directory of Outstanding ASEAN SME's yang mencakup lebih dari 800 UKM di ASEAN dan dapat diakses di website ASEAN.

Salah satu misi kementrian luar negeri pada 2009-2014 adalah Memperkuat peran dan kepemimpinan Indonesia dalam kerja sama ASEAN, ikut mendorong proses integrasi Komunitas ASEAN 2015 yang memberikan manfaat bagi Indonesia yang mandiri, maju, bersatu, demokratis, aman, adil, makmur dan sejahtera.

ASEAN adalah Market.
dengan penduduk sejumlah Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar di ASEAN tentunya adalah pasar yang sangat menarik untuk negara lain.  Namun masayarakat Indonesia pun bisa dengan jeli melihat sebaliknya, didukung dengan sumber daya alam dan kreativitas yang seakan tiada habis.  peluang memasarkan produk Indonesia kepada 600 juta penduduk ASEAN terbuka seluas-luasnya.
asar ASEAN sangat menjanjikan. Dengan jumlah penduduk total sekitar 600 juta jiwa, pasar ASEAN tentu sangat menjanjikan untuk mengenalkan lebih banyak produkproduk negara kita. Apalagi, menurut data Perdagangan intra-ASEAN baru sekitar 25 persen.  Menjelang pembentukan Komunitas ASEAN, perdagangan ini harus digenjot.

Peran Blogger dalan Sosialisasi serta Penyiapan Masyarakat menuju Komunitas ASEAN 2015
Berbahagialah jika anda adalah seorang blogger.  Blogger saat ini menjadi unsur masyarakat yang memiliki keunggulan dari sisi penguasaan teknologi informasi, memiliki akses ke media dan dapat menjadi corong masyarakat .  Beruntungnya di Indonesia ini, kebebasan berekpresi oleh blogger tidak diikat bahkan dilindungi oleh Undang-Undang.   Namun tentu saja dalam penyampaian informasi,blogger dituntut untuk bertanggung jawab secara moral, etika dan hukum terhadap masyarakat.  Blogger bisa menjadi agen perubahan serta agen pencerahan untuk membawa masyarakat ke arah lebih baik.
Pembentukan Komunitas ASEAN Blogger adalah langkah strategis dan jitu dalam sosialisasi Komunitas Asean 2015 terhadap masyarakat. Meskipun demikian, saya percaya bahwa blogger bisa berperan lebih dari sekedar sosialisasi. 

Terbiasa mencari, menyaring serta menyampaikan kembali informasi dengan gaya yang khas tanpa tekanan dari siapapun, blogger memiliki kemampuan untuk bisa menterjemahkan bahasa pemerintah dalam hal sosialisasi ini  ke dalam action nyata maupun bahasa yang mudah dipahami masyarakat.  Intelektualitas seorang blogger yang bertanggung jawab terasah secara alami karena jika ia ingin tulisannya dibaca serta jadi rujukan banyak orang, maka dari waktu ke waktu blogger akan terus meningkatkan kemampuannya dalam menulis.

Potensi blogger sungguh luar biasa bila kita melihat geografi Indonesia yang sedemikian luas. Meskipun akses internet terbatas, saya mengenal blogger-blogger dari pelosok daerah yang tak patah arang dalam membantu masyarakat melalui tulisan maupun aksi nyata, biasanya berupa aksi sosial.  Blogger sebagai aset SDM memiliki keunggulan, mampu menjangkau seluruh nusantara.    Blogger bisa muncul di mana saja di ujung Indonesia tanpa harus menunggu penempatan seperti layaknya PNS. 

Sentuhan pribadi dalam tata bahasa tulisan seorang blogger tentu memberikan aura yang berbeda dibandingkan yang tersaji di media mainstream.  Acapkali blogger memberikan opini terhadap suatu kebijakan pemerintah.  Opini blogger boleh jadi merupakan cerminan buah pikiran yang dipengaruhi kondisi di mana ia berada. Opini ini dapat dianggap sebagai (yang mewakili) suara masyarakat itu sendiri, manakala ada kegelisahan masyarakat yang tak tertangkap oleh media. Inilah alasan kenapa ada kalangan yang lebih senang memperoleh dan menyerap informasi yang disajikan oleh blogger, tentu salah satunya adalah mengimbangi arus informasi dari media mainstream.  Informasi yang disampaikan oleh blogger tentang kondisi masyarakat di daerah perbatasan misalnya, dapat menjadi masukan serta kajian agar Pemerintah bisa mengambil kebijakan untuk mengatasi masalah yang terkait.

Komunitas ASEAN 2015 adalah hal yang tak terelakkan.  Siap tak siap, masyarakat akan menghadapinya.  Sejauh mana sosialisasi pemerintah telah berhasil dipahami masyarakat?
Hasil survei Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia yang dirilis di sebuah media pada Juni 2013  tentang pemahaman masyarakat Indonesia tentang konsep komunitas ASEAN menunjukan bahwa tingkat  pemahaman masih rendah. Sebanyak 80 persen orang Indonesia hanya sekedar tahu ASEAN lewat nama. Sementara 19 persen lainnya, bahkan belum pernah mendengar tentang ASEAN.  Dengan sisa 2 tahun, PR membumikan Komunitas ASEAN 2015 adalah milik bersama, baik Pemerintah, pelaku usaha, dan seluruh unsur masyarakat yang lebih dahulu aware terhadap hal ini.

Kita tak ingin masyarakat kaget dan tergagap begitu keran Komunitas ASEAN dibuka.  Kita semua ingin siap dan mengambil peluang yang ada.  kekayaan alam Indonesia yang bisa diolah dengan kreativitas tinggi adalah modal untuk mengantisipasi persaingan di pasar ASEAN.  Maka menggandeng blogger sebagai mitra dalam membumikan ide maupun menuntun masyarakat agar melek dan tidak panik menghadapi 2015 adalah langkah yang harus diambil Pemerintah.  pembentukan Komunitas ASEAN Blogger beserta program-programnya  adalah salah satu langkah awal yang luar biasa.  Namun lebih membumikan komunitas ini serta memperluas jangkauannya agar kiprahnya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat adalah tantangan tersendiri.  Akan lebih bagus bila di tiap-tiap daerah, blogger bisa membentuk sendiri komunitas sejenis.

Bagaimana Caranya
ASEAN menyadari pentingnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), dengan disahkannya ASEAN ICT Masterplan 2015 (AIM 2015).  Salah satu sasaran AIM adalah menggunakan TIK sebagai mesin pertumbuhan untuk negara anggota ASEAN.  Blogger adalah kalangan yang dekat dengan TIK.  Pemerintah dapat membimbing blogger dapat menjadi agen dalam membantu membentuk masyarakat agar melek teknologi informasi yang baik.
Mungkin saja blogger-blogger ASEAN bisa berkembang dengan binaan Pemerintah Daerah masing-masing. 
Bicara tentang komunitas yang berbasis kerakyatan , blogger dapat membantu UKM  unruk .  Kelompok usaha kecil menengah (UKM) mesti mampu berdaya saing di Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC).

Saat ini terdapat 55,2 juta pelaku UMKM, 95 persen di antaranya usaha mikro. namun, baru sedikit yang sudah memanfaatkan teknologi informasi. sudah saatnya koperasi serta UKM memanfaatkan teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang bisa mendongkrak produktivitas dan kinerja.

Dalam salah satu kunjungan kerjanya, Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan menyatakan bahwa teknologi informasi bisa meningkatkan daya saing produk, jasa dan meningkatkan kinerja UKM.  Teknologi informasi juga bisa serta menekan biaya operasional, misalnya saja biaya iklan, karena iklan di media online relatif bisa lebih rendah dengan jangkauan lebih besar



Berikut ini
Bekerja sama dengan pemerintah daerah maupun kementrian terkait untuk memetakan UKM mana di daerah para blogger yang perlu dibantu dari sisi TIK, misalnya dalam hal ini promosinya.

Membuatkan website untuk UKM yang memiliki produk unik.  Akan lebih baik jika website tersebut juga dibuat dalam  Bahasa Inggris.
Melatih pelaku UKM untuk membuat blog, memanfaatkan teknologi e-commerce, memberikan wawasan tentang beriklan di sosial media maupun online.
membuat review/ulasan produk-produk UKM dengan menonjolkan keunikan, kualitas, serta aspek positif lainnya.  Ulasan dibuat menarik namun tetap ada sentuhan personal, karena soft selling lebih mengena untuk menciptakan keinginan membeli (intention to buy)
http://www.kemlu.go.id/Pages/Polugri.aspx?IDP=18&l=id

http://www.antaranews.com/berita/370937/552-juta-ukm-butuh-dukungan-it
http://www.asean.org/news/asean-secretariat-news/item/towards-a-people-centered-asean-community-strengthening-smes-in-asean
http://www.asean.org/images/2012/publications/Directory%20of%20Outstanding%20ASEAN%20SMEs%202011.pdf
http://www.asean.org/resources/item/directory-of-outstanding-asean-smes-2011-2

Aug 11, 2013

Sahur Pertamaku Bersama Anak Kost

Jika harus mengingat pertama kali sahur, ingatanku melayang ke masa-masa kuliah dulu. Kuliah di Depok dengan jadwal praktikum dan asistensi yang sangat padat, otak yang pas-pasan, membuat tinggal di kost adalah pilihan hidup yang tepat bila ingin lulus dengan IPK yang ‘tidak dipertanyakan bila melamar pekerjaan’. Waktu 4 jam sehari sangat berharga untuk belajar dan membuat laporan, ketimbang dihabiskan untuk bermacet ria di jalan menuju rumah.
Jadi meskipun rumahku waktu itu di Slipi, Jakarta, saya tetap ngekos di Depok dan hanya pulang di akhir pekan. Asyiknya ngekost ini sungguh terasa saat bulan Ramadhan. Ramadhan tahun 1997 adalah pertama kali saya merasakan sahur. Ya, saya mengalami sahur yang pertama dalam hidup saya, dan serunya luar biasa karena saya bersahur bersama teman-teman satu kost.
Kost kami adalah sebuah rumah dengan sebelas kamar. Lima kamar di lantai dua, dan enam kamar di lantai satu. Saya menempati lantai dua. Kelima kamar di lantai dua itu diisi oleh saya, yang duduk di Fakultas MIPA jurusan Farmasi; Jenny salah satu teman se-jurusan; Rose- dua tingkat di atas saya, sama-sama dari jurusan Farmasi; seorang mahasiswi fakultas hukum (saya mendadak lupa namanya), dan Mia, seorang mahasiswi fakultas ekonomi. Dari lima orang ini, hanya dua yang beragama Islam, yaitu Rose dan Mia. Saya, Jenny, dan anak FH itu adalah non muslim. Saya dan Jenny Katolik,sedangkat anak FH itu beragama Buddha. Kami berlima waktu itu sangat dekat dan kompak. Mungkin karena lantai 2 adalah satu-satu tempat di mana televisi diletakkan di ruang duduk. Sehingga begitu senja hari saatkami berkumpul, maka kami berlimalah yang seringkali menguasai televisi, sekaligus ruang duduk tersebut, he he.
Saat Ramadhan tiba di Januari, perkuliahan sudah mulai aktif. Di bulan Ramadhan, rata-rata warteg di daerah kost hanya buka saat jelang waktu sahur dan berbuka puasa. Hanya satu atau dua warteg yang buka saat siang hari, tentu dengan memakai tirai penutup.
Kesibukan para mahasiswa yang mencari makan sahur, dimulai sekitar jam 3 pagi. Karena kamar kami berlima berdekatan, meskipun kami bertiga non muslim, tentu suara kesibukan dua teman muslim kami ikut membangunkan kami. Awal-awalnya kami hanya ikut bangun dan menyapa dua teman muslim kami itu, lalu lanjut tidur kembali. Hingga di suatu hari, salah satu teman saya menginginkan perubahan.
Saya ingat, pertama kali yang mengusulkan agar kami bertiga yang non muslim ini sahur bareng adalah rekan saya dari fakultas hukum itu (aduh, kok saya benar-benar lupa namanya).
“Yuk, kita coba sahur, asik lho pagi-pagi buta keluar kost gelap-gelap, lagian kalau mau cari sarapan jam 7 atau makan siang nanti, susah cari warung yang buka. Daripada kita kelaparan sampai magrib, mendingan kita ikut sahur.” demikian ajaknya.
Pilihan yang logis, menurut saya. Jenny juga setuju. Ini bakal jadi pengalaman sahur pertama bagi kami bertiga.
Demi kekompakan, sekaligus keingintahuan yang besar, maka hari itu kami bertiga bangun lebih awal dan pergi bersama-sama dengan dua kawan muslim kami ke warteg. Awalnya mereka terkejut, tapi senang dengan niat kami ingin sahur bareng.
Dan jadilah kami berlima, cewek semua, berjalan beriringan keluar kost di pagi-pagi buta mencari makan sahur. Ternyata, jalanan sekitar kost sangat ramai oleh mahasiswa yang menuju warteg, semua mencari makan sahur. Suasana jalan yang gelap gulita sama sekali tidak menyeramkan karena begitu ramai orang lalu lalang.
Kami memilih warteg langganan kami yang menyajikan menu rumahan masakan campuran jawa tengah dan Sunda. Seperti biasa, kami, karena cewek, jarang makan di warteg. Lebih memilih membungkus nasi dan lauk untuk dimakan di kostan. Terutama karena nggak pede duduk di warteg, makan bersama mahasiswa yang ganteng-ganteng pisan itu euy.. takut tergoda padahal udah punya pacar (halah).
Sesampai di kost-an, kami berlima menyantap makan sahur sambil menonton televisi yang menyajikan acara religi. Seringkali kami bertukar lauk pauk atau camilan. Saya yang sejak kuliah doyan kopi, sering membagi-bagikan kopis instan sachetan untuk teman-teman yang hobi ngopi saat sahur.
Dari pertama kali makan sahur bareng itulah, muncul keinginan, mengapa tidak sekalian berpuasa seperti teman-teman kami yang muslim, belajar menahan hawa nafsu. Kalau teman-teman muslim bisa melakukannya, pasti saya pun bisa, sekedar menahan lapar dan haus sampai maghrib dan sekalian kontrol emosi diri yang sering melonjak bila dihadapkan pada kuliah dan praktikum yang melelahkan. Begitulah, sejak saat itu saya terbiasa ikut berpuasa saat Ramadhan, sahur dan berbuka bersama teman-teman kost.
Yah mungkin sudah jodohnya, saya akhirnya bersuamikan seorang Muslim. Kebiasaan berpuasa saat kuliah, bukan lagi hal yang sulit dilakukan ketika sudah menikah. Tentunya kesibukan saya bertambah. Kalau dulu, sewaktu kuliah saya tinggal membeli makan sahur yang sudah matang di warteg, kini saya yang memasak dan menyiapkan sahur untuk suami dan keluarga. Sudah 11 kali saya dan suami ber-Ramadhan bersama, tetapi kenangan pertama bersahur bersama teman-teman kost, menjadi permata memori yang selalu mendamaikan hati di bulan suci ini.

Tulisan ini sudah pernah diposting di blog ku yang lain: http://luvjoy.blogdetik.com/2013/07/17/sahur-pertamaku-bersama-anak-kost/

Aug 7, 2013

Stop Pembunuhan dan Perdagangan Hiu!

Pernah dengar film Jaws? Film produksi Amerika yang disutradai oleh Steven Spielberg ini berkisah tentang hiu putih besar yang digambarkan teramat sangat kejam, bengis, sadis, dan hobinya menyerang manusia.

Hiu putih (great white shark)dalam film Jaws digambarkan hyper agresif dan sangat berbahaya sampai mengancam keselamatan umat manusia.  Film ini demikian sukses dalam menangguk dollar, disamping sukses menimbulkan euforia ketakutan manusia pada hiu.  Benarkah, hiu itu ASLINYA menakutkan dan ganas seperti pada film Jaws?

Duh, film itu salah besar! Kenyataannya, hiu lebih suka memangsa ikan-ikan kecil ketimbang manusia.  Pada hakikatnya, kecuali ia merasa terganggu oleh makhluk lain saat berada di habitatnya, hiu  tidak akan menyerang.  Malah, hanya beberapa jenis hiu saja yang memilih melindungi diri  (yang kadang diartikan sebagai menyerang) saat berinterferensi dengan manusia.  Sebagian besar hiu memilih menyingkir.

Jadi, manusia-lah yang kian hari kian merangsek memasuki teritori mereka.  Manusialah yang sebenarnya kejam, bengis, dan sadis terhadap hiu. Bukan sebaliknya. Lihat link berita ini.

Link tersebut menyebutkan bahwa organisasi TRAFFIC (Komite pemonitor perdagangan satwa dan tanaman liar langka internasional ) pada tanggal 30 Juli lalu menyatakan bahwa Indonesia dan India merupakan negara paling utama penangkap ikan hiu di dunia.   Pernyataan ini merujuk ke sebuah penyelidikan yang didukung Uni Eropa dalam rangka menerapkan pakta baru untuk melindungi tujuh spesies ikan hiu dan pari yang eksistensinya terancam.

Disebutkan pula,  kuota ikan hiu yang ditangkap Indonesia dan India mencakup lebih dari seperlima ikan hiu yang ditangkap di seluruh dunia (!).

Indonesia bersama India disebut menduduki urutan teratas 20 negara yang secara bersama-sama menyumbang hampir 80 persen dari total tangkapan hiu yang dilaporkan antara tahun 2002 hingga 2011. Negara-negara lain, dalam urutan itu, adalah Spanyol, Taiwan, Argentina, Meksiko, Amerika Serikat, Malaysia, Pakistan, Brasil, Jepang, Perancis, Selandia Baru, Thailand, Portugal, Nigeria, Iran, Sri Lanka, Korea Selatan, dan Yaman.

Spesies hiu yang terancam punah menurut IUCN Red List diantaranya hiu sirip putih (carcharhinus longimanus), hiu porbeagle (lamna nasus), tiga spesies hiu martil dan dua spesies pari manta.

Hiu adalah predator, yang menduduki posisi puncak dalam rantai makanan. Eliminasi predator dalam puncak rantai makanan akan berdampak besar pada ekosisitem laut, misalnya terjadi ledakan populasi pada makhluk yang berada di dasar piramida makanan. Konsekuensi dari langkanya hiu adalah terjadinya ledakan jumlah ubur-ubur.
Penangkapan Hiu.  Sumber: Metro TV
Berbagai Suplemen yang Mengandung Bahan dari Hiu yang didagangkan secara online


Again, negara kita hanya menjadi sapi perah.  Keanekaragaman hayati surga bahari Indonesia sekali lagi dimanfaatkan seluas-luasnya oleh oknum yang tak bertanggung jawab beserta industrialis dunia yang serakah. Namun, siapa akhirnya yang tertunjuk hidungnya sebagai yang (seolah) paling bersalah?

Namun, menjadi kambing hitam bukanlah alasan bagi kita untuk berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa . Suplemen hiu menjadi mahal karena tingginya permintaan.  Sup dari sirip hiu sangat populer.  Hati dan tulang rawan hiu diekstrak menjadi suplemen makanan.  Padahal khasiatnya juga tidak terbukti.  Klaim manfaat hiu untuk kesehatan terus dipertanyakan, dan penelitian terakhir mengindikasikan, sirip hiu justru mengandung racun/toksin.

Ya iyalah, ya. Logikanya: Hiu itu predator, dia makan semua makhluk yang ada di bawahnya. Nah kalau makhluk yang dia makan membawa kandungan logam berat dan toksin-toksin dari laut yang tercemar, pasti akan terakumulasi di tubuh hiu.

Yang bisa kita lakukan adalah mengurangi demand suplemen hiu. Bagi anda yang selama ini mengkonsumsi suplemen berbahan hiu, berhentilah! Masih banyak herbal asli Indonesia yang bermanfaat untuk kesehatan, dan penggunaannya tidak merusak lingkungan.  Bagi yang doyan makan makanan dari hiu,coba renungkan:  apa dunia ini sudah kekurangan sumber makanan lain?

Nah, Apa yang bisa kita lakukan, sebagai masyarakat awam untuk membantu menyelamatkan hiu?

1. Jangan makan di restoran yang menyajikan hiu dalam menunya. Kalau perlu boikot restoran itu selama dia tidak menghilangkan menu hiu. Save our sharks!
2. Jangan membeli suplemen yang mengandung sirip ikan hiu atau apapun yang diklaim berasal dari hiu.  Telitilah membaca label produk suplemen.
3. Jangan pernah percaya bila ada yang menyatakan sirip hiu dapat menyembuhkan kanker, menyembuhkan rematik, menghaluskan kulit, dan lain sebagainya. Tidak pernah ada penelitian ilmiah yang berhasil membuktikan klaim-klaim tersebut. Kalau mau kulit halus, ya perbanyaklah makan sayur segar, buah-buahan, minum air putih yang banyak, dan lindungi kulit dari sinar matahari. Bukan dengan makan hiu!

Untuk menghentikan penangkapan dan perdagangan hiu. Apa yang bisa Pemerintah lakukan?

1. Cabut nomor registrasi semua suplemen yang mengandung bahan dasar dari hiu, entah itu yang diklaim mengandung shark’s oil, shark’s cartilage, shark’s fin, dan shark-shark lain. Alias larang total peredarannya.
2. Tutup izin seluruh rumah makan yang menyajikan hiu dalam menunya.
3. Stop dan tangkap semua tindakan penangkapan dan penjualan hiu karena ini tindakan ilegal. buat aturan hukum tentang penetapan hiu sebagai satwa yang dilindungi beserta sangsinya yang harus seberat mungkin.

Tapi yaah,.. saya sendiri agak skeptis ya apakah pemerintah bisa menghentikan penangkapan hiu yang disebut-sebut terbesar di sini. Saya yakin ada perputaran dollar yang luar biasa besar di sini.  Pasti ada pihak tertentu yang diuntungkan dan ingin terus untung.

Saya mengharapkan Pemerintah bersikap proaktif dan segera memberi tindakan kepada para penangkap dan penjual hiu.  Pemerintah tak dapat apa-apa kok,  kecuali nama buruk Indonesia di dunia internasional. 

Kita, masyarakat hanya bisa melongo, ketika cap pembantai hiu melekat, sementara segelintir orang menangguk dolar dan rupiah hasil merampok jutaan ekor spesies berharga ini.   Kita menjadi konsumen dari produk hiu berharga ratusan ribu hasil import, sementara bahan bakunya sendiri dicuri dari halaman kita sendiri.  Mari sama-sama enyahkan produk dari hiu dari meja makan, etalase toko,  dan lemari obat kita.

Artikel ini sudah pernah ditayangkan di blog saya yang lain yaitu www.kompasiana.com/fransisca